TEKNOLOGI Korea Selatan semakin dikenal dunia. Film produksinya juga diputar di mana-mana. Pariwisatanya pun semakin populer, Seoul harmonisasi masa lalu dan modern.
Seoul adalah ibu kota Republik Korea Selatan sekaligus kota metropolitan yang terletak di barat laut Semenanjung Korea. Industri elektronik, automotif, film hingga promosi wisata Korea meningkat tajam dari tahun ke tahun. Seoul menjadi ibu kota pusat pemerintahan sejak Dinasti Joseon. Peninggalan bersejarah Korea dahulu kala hampir seluruhnya musnah karena penjajahan Jepang.
Adanya perang, sejarah Korea bisa dikatakan menjadi suram. Namun, negeri penghasil ginseng ini tidak terjebak pada masa lalu. Bangunan-bangunan pencakar langit modern menjulang tinggi, kegigihannya terus dikembangkan dan industri filmnya merambah seluruh Asia, bahkan Eropa. Semua itu bersanding harmonis dengan bangunan kuno yang dilestarikan, seperti istana-istana, benteng-benteng, dan kuil-kuil masa lampau di kota metropolitan Seoul yang hiruk-pikuk.
Perjalanan menuju Seoul harus ditempuh selama tujuh jam dari Jakarta dengan menggunakan Korean Airlines. Kita akan mendarat di Incheon International Airport, bandara internasional modern yang dibangun khusus di pulau-pulau karang jauh dari pusat kota. Beberapa saat sebelum mendarat, seperti biasanya, pilot telah memberitahukan bahwa kita akan mendarat beberapa saat lagi. Waktu ketika itu menunjukkan pukul 07.00.
Yang terlihat dari udara sebelum mendarat, adalah kawasan pulau-pulau kecil yang merupakan batu-batu karang di tengah lautan. Selanjutnya, pesawat mulai rendah dan akhirnya mendarat di landasan bandara, yang rupanya memang berada di pinggir laut, yaitu di tengah-tengah pulau karang tersebut. Sebelum kita keluar dari pesawat, terkesan Bandara Incheon merupakan bandara yang mewah, sibuk, dan ramai dipenuhi penumpang pesawat.
Arsitektur Incheon sangat futuristik dan serbacanggih. Hampir seluruh dinding yang memisahkan bagian luar, dan setiap ruangan dipisahkan kaca-kaca transparan yang kukuh. Sarana penunjang seperti eskalator, air mineral gratis, mal, restoran, ruang khusus merokok, dan fasilitas lainnya tersedia sangat baik. Transportasi menuju Seoul dilengkapi beragam, dari yang termurah sampai yang mewah.
Bagi transportasi massal kereta api dan bus sangat murah mengantarkan kita ke pusat kota. Taksi pun bervariasi, tarif normal dengan warna cerah sampai taksi limusin yang berwarna hitam. Keunikan yang terlihat di negeri ini sewaktu kita memerhatikan jalan raya yang dilalui kendaraan. Seluruh kendaraan yang beroperasi modelnya tidak serupa dengan kebiasaan di Indonesia.
Tak terlihat mobil-mobil Jepang melintasi jalanan Korea. Pemerintah melarang warganya untuk menggunakan kendaraan selain merek Korea, khususnya merek Jepang. Inilah cara Korea menjadi raja di negerinya sendiri.
Sistem transportasi bus sudah tertata rapi yang dilengkapi global positioning system (GPS), sehingga pergerakannya dapat mengontrol kondisi jalan yang padat atau yang lenggang. Bus-bus yang beroperasi juga terlihat baru dengan merek Korea, siap mengantarkan penumpang ke seluruh pelosok kota. Incheon merupakan kota di pinggir pantai sekitar dua jam dari Seoul.
Sepanjang perjalanan terlihat Bandara Incheon diubah menjadi kota modern. Padahal, dulunya ini merupakan pulau karang yang terbentang di pesisir pantai Semenanjung Korea.
Setelah melewati jalan bebas hambatan, tanda-tanda telah memasuki Seoul terlihat dengan gedung-gedung pencakar langit yang tersusun rapi di antara bukit-bukit yang terhampar di kejauhan. Kesibukan di sepanjang jalan menandakan Seoul sebagai pusat bisnis yang dituju para investor. Penduduk Seoul sekitar 15 juta jiwa, lebih banyak dari Jakarta, tetapi tidak terlihat kesemrawutan, karena aktivitas masyarakatnya sebagian besar di bawah tanah atau transportasi favoritnya, subway.
Kota Seoul dibelah Sungai Han, dengan lebar 400 meter lebih. Untuk menunjang kesibukan kota metropolitan yang padat, di atas Sungai Han terdapat tidak kurang 27 jembatan dengan berbagai desain untuk jalan raya, kereta api, dan khusus bagi pejalan kaki.
Busway juga tersedia di Seoul, tetapi tanpa pembatas di sepanjang jalan ibu kota tempat operasionalnya. Kereta api cepat serupa di Jepang ataupun di Eropa, juga terlihat melintas cepat. Di Seoul, namanya Express KTX, yang bentuknya seperti pesawat.
Gerbang Namdaemun
DI tengah pusat kota Seoul,ada sebuah bangunan tradisional Korea dua lantai yang berdiri kukuh di perempatan jalan protokol. Karena itu, siapa pun yang melalui jalan utama di Seoul akan menyaksikan kemegahan gerbang tersebut yang kontras dengan gedung-gedung modern yang mengelilinginya.
Gerbang Namdaemun namanya, yang berarti Gerbang Besar Timur, dibuat ribuan tahun lalu sebagai simbol pintu gerbang kerajaan bagian timur. Suasana di sekitar gerbang Namdaemun mirip dengan monumen Arc de Triomphe di Paris, yang berada di ujung jalan Avenue des Champs Elysees.
Para turis banyak berkumpul mengamati keunikan bangunan bersejarah tersebut, sementara pengendara di jalan yang berputar mengitari gerbang memerhatikan keramaian atau biasa saja tanpa ekspresi. Gerbang ini tahun lalu terbakar, sehingga pemerintah Korea harus membangunnya kembali agar simbol pusat kota Seoul ini tetap dipertahankan keberadaannya.
Istana Gyeongbok
GYEONGBOK adalah istana yang terletak di sebelah utara Seoul. Istana ini adalah istana terbesar dan tercantik di Seoul yang dibuka untuk umum. Untuk menuju istana dibutuhkan waktu yang cukup lama karena letaknya memang ke luar kota.
Istana ini semakin cantik dilihat karena terletak di perbukitan Bukhansan yang menjadi latar belakangnya. Ketika mengunjungi Istana Gyeongbok sedang turun hujan deras, sehingga menyulitkan untuk berkeliling di luar istana. Terdapat 10 bangunan utama yang tersebar diselingi dengan taman yang terawat sehingga menyegarkan. Di dalamnya terdapat Museum Nasional Rakyat Korea, dengan bangunan tradisional khas Korea yang berlantai lima.
Hampir di setiap sudut pintu utama gedung terdapat penjaga istana yang berpakaian perang tradisional Korea. Istana ini simbol keagungan kerajaan dan rakyat Korea, pada bangunan utamanya terdapat ruangan Takhta Raja. Sementara bagian dalam istana, ada kolam teratai bertiangkan puluhan tonggak granit. Mengunjungi istana ini, pikiran kita akan dibawa ke kondisi kehidupan masyarakat Korea pada masa lampau.
Kaisar kerajaan Korea ketika itu melakukan kegiatan-kegiatan penting mengenai urusan pemerintahan di Istana Gyeongbok, seperti menerima utusan asing, menjalankan sidang, dan ritual-ritual keagamaan hingga penobatan kaisar, juga dilakukan di sini. Hal itu terlihat dari gambar-gambar dan foto-foto yang dipajang di dinding istana.
Di belakang istana terdapat taman disebut Amisan, yang dihiasi susunan batu tradisional dan hamparan taman yang indah.
The Seoul Olympic Park
SEOUL OLYMPIC PARK adalah salah satu lokasi wisata modern yang terdapat di Seoul. Areal seluas 2000 hektare ini dibangun khusus untuk menyambut penyelenggaraan Olimpiade Seoul 1988.
Terdapat beberapa fasilitas olahraga bertaraf internasional di kompleks ini; stadium renang tertutup, stadium tenis, stadium anggar, stadium senam, hotel atlet Parktel bintang lima, dan kantor KONI-nya Korea. Fasilitas pendukung lainnya adalah Museum Olympic dan Museum Arts, Seoul Sport University, Benteng Mongchon,World Peace Gate, danau dan taman seni ukir Symbol Olympiade 1988.
Separuh dari areal Olympic Park dikelilingi Sungai Han, dan sebagian lainnya oleh jalan raya Songpa-Gu dengan trotoar yang luas dan nyaman bagi pejalan kaki. Selama di Seoul, anda dapat menginap di Hotel Parktel dengan view ke Olympic Park.
Setiap hari pemandangan bangunan modern Olympic Park dihiasi kehijauan hutan Olympic, danau, dan bukit-bukit latar belakangnya menjadi santapan setiap saat. Suasana tersebut semakin hidup dengan banyaknya warga Seoul yang berolahraga sejak pagi hingga sore hari.
Kalau kita menelusuri seluruh pelosok taman-taman Olympic Park, seperti bukan di kota metropolitan, karena pepohonan yang rindang hingga ke bukit-bukit menutup seluruh pandangan mata. Belum lagi pemandangan taman di sisi sungai atau danaunya dengan suara air mengalir. Seluruhnya menyuguhkan suasana yang nyaman,bersih,dan asri. Pendapa-pendapa kecil dengan atap khas tradisional Korea menghiasi Olympic Park yang dipenuhi pengunjung yang ingin santai.
Tampak generasi muda di Seoul, juga memanfaatkan segala aktivitasnya di taman yang menyediakan fasilitas serbalengkap ini. Kemegahan World Peace Gate sebagai pintu utama Olympic Park yang terletak di persimpangan jalan Songpa-Gu,bila diamati memiliki beberapa keunikan. Bangunan yang berupa tugu dengan tinggi 24 meter, panjang 62 meter, dan lebar 37 meter terbuat dari kerangka baja yang kukuh.
Struktur tugu yang bersayap berarti membangkitkan keagungan dan keindahan.Tugu ini lebarnya menyerupai sayap melengkung yang dindingnya melukiskan sesuatu yang unik dan mengandung karya seni lukis yang tinggi. Lukisan tersebut perpaduan gambar naga, burung phoenix, macan, dan kura-kura.
Itaewon
PADA hari kedua di Korea, bertepatan dengan Jumat, di mana biasa melaksanakan ibadah salat berjemaah di mesjid. Semula tak terpikir akan mendapatkan mesjid yang menyelenggarakan salat tersebut.
Ketika berbicara dengan beberapa warga Korea,mereka menyampaikan informasi bahwa terdapat Islamic Center di daerah Itaewon. Daerah ini merupakan tempat orang asing biasa bermukim, beragam etnis terlihat berinteraksi dengan warga Korea, terutama serdadu Amerika Serikat.
Itaewon terkenal banyak toko cenderamata dan toko yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Masakan khas Indonesia dapat kita temui di salah satu restoran daerah perbukitan ini.
Seoul Central Mosque terletak di sini, pada lokasi di atas perbukitan. Perjalanan menuju Itaewon sangat sulit menggunakan bus, khususnya bagi pendatang baru. Oleh sebab itu, kami berempat warga muslim dari Pakistan, Mesir, dan Turki naik taksi untuk salat Jumat di Itaewon. Ada pengalaman menarik yang kami dapatkan bersama sopir taksi di kota ini.
Di tengah perjalanan, sang sopir yang tak fasih berbahasa Inggris, minta izin akan ke toilet. Kami berempat mempersilakan, tetapi baiknya kami di taksi saja. Kejujuran warga Korea terlihat dari sikap sopir taksi yang memercayai kami ditinggal di taksi dengan mesin menyala selama kurang lebih lima menit. Beliau pun santai tanpa khawatir ketika kembali mengantarkan kami ke Islamic Center.
Sebelum tiba di lokasi, telah tampak warga muslim keturunan Arab, Melayu, dan Afrika berbondong-bondong untuk beribadah, berpapasan dengan warga Korea yang sama sekali tidak terlihat akan ke masjid. Setelah memasuki pekarangan Islamic Center, kami bergegas menuju tempat berwudu di bagian dalam. Salat jemaah dimulai, khotbah dipimpin seorang imam keturunan Arab.
Bahasa Inggris adalah sebagai pengantar khotbah diselingi ayat suci Alquran, dan lama khotbah sekitar 40 menit. Setelah selesai salat di lantai dua mesjid, terlihat pemandangan Kota Seoul, Sungai Han, dan kawasan perbukitan yang mengelilingi kota ini.
Di pelataran parkir, pengelola masjid memberikan sepotong roti dengan sekotak susu bagi seluruh jemaah yang akan meninggalkan masjid.Tak jauh dari Itaewon, terlihat Seoul Tower yang tinggi menjulang di atas perbukitan.
Selengkapnya...
Read more...